Setiap saat saya ingat masa dimana dia merebut hati saya lagi, rasanya seperti momen yang paling indah. Entah apa yang ada dibenak kami pada saat itu, sampai kami harus memutuskan untuk pisah begitu saja. Ada rasa marah, kecewa dan mungkin juga bosan yang sudah sampai dipuncaknya. Terlebih ego, yup.. kami terlalu egois pada saat itu.
Saat itu saya terlalu naif, begitu mendambakan yang namanya sesuatu yang berlebihan dan tidak sabaran. Rasa gak sabar itu yang paling buruk, karena gak sabar banyak hal terjadi dan menjadi sebuah kesalahan saja. Saya salah pada saat itu, sehingga kami harus berpisah. Tetapi di satu sisi dia juga menyadari, kalau dia terlalu egois, merasa semuanya bisa didapatkan dengan mudah, dia merasa tidak saling membutuhkan, dan cepat emosi.
Perlu waktu yang cukup lama untuk bisa membuat kami menyadari kami memang saling membutuhkan. Tuhan begitu adil menunjukkan jalan cerita yang berbeda sampai kami bisa menemukan hati masing-masing.
Saya begitu galau, begitu kehilangan arah dan terlebih menjadi bodoh disaat yang bersamaan. Bila saya perlu saya gak mau kerja, tapi hanya kerja yang bisa membuat saya sedikit sibuk dan tidak terlalu memikirkannya. Saya berusaha berulang-ulang untuk bisa mendapatkan dia lagi, dan saya mencobanya selama berhari-hari. Menunggu terus dan bersabar supaya dia mau kembali, dan memaafkan saya. Dari segala cara saya lakukan tetapi belum ada yang berhasil. Sempat pada saat itu saya sempat berpikir kenapa saya tidak merelakan dirinya saja. Semua teman-temannya merasa terganggu dengan tingkah saya yang gak jelas. Belum lagi teman-teman saya sendiri, sampai saya merasa gak enak sendiri karena hanya menyusahkan teman-teman saya saja.
Pernah beberapa kali saya berusaha dengan datang ke tempatnya, dan akhirnya kami bertengkar hebat. Kami masih emosi. Akhirnya saya berusaha mati-matian untuk merelakan semuanya itu. Tapi tetap saya harus tahu soal dia. Dan saya tahu soal dia yang begitu menyakitkan sekali. Dia sudah berpacaran dengan orang lain dan pergi berjalan-jalan dengan pacarnya hingga ke luar kota. Betapa saya merasa bodoh dan marah luar biasa. Saya cemburu luar biasa sekali. Ingin saya menghajarnya.
Dan terkadang ada anehnya, dia sempat memberikan kasurnya untuk kami berbagi cerita pada saat kami sudah tidak bersama lagi. Tetapi ujung-ujungnya kami bertengkar hebat lagi dan membuat jarak yang makin jauh seolah-olah kami memang tidak dimaksudkan untuk bersama lagi. Hanya saja saya masih ada sedikit kepercayaan bahwa dia memang untuk saya. Semakin hari semakin berkurang, tapi tidak pernah benar-benar hilang dari hati saya. Sungguh aneh.
Momen itu saya merasa memang sudah saatnya saya move on dan menemukan hati lainnya untuk saya cintai dan mencintai.
Dan ada seseorang yang sama-sama sedang hancur hatinya, sama-sama membutuhkan hati untuk menyayangi dan saling memberi. Tetapi ada batasan lagi yang saya harus lewati, dan dia dari kata gak berani akhirnya mau menerima. Dan kami bersama.. dalam nafsu juga. Entah karena kami sudah lama tidak merasa kasih sayang dan sama-sama sedang hancurnya. Kedekatan kami begitu luar biasa, ada rasa rindu yang terus tumbuh dan tumbuh begitu saja. Kami saling mengobati luka masing-masing, memberi hati untuk diisi kembali. Dan menjadikan momen-momen yang gak terlupakan, hingga kami ingin melangkah jauh. Karena terus terang kami berhasil menumbuhkan rasa cinta dan sayang itu. Akhirnya kami saling membutuhkan. Dalam kondisi terluka kami bertemu dan saling menyembuhkan.
Hingga saya bingung lagi, entah apa yang terjadi disaat saya bersama kekasih saya, dan hendak melangkah lebih jauh. Dia datang lagi. Dia terlihat begitu rapuh dan lemah. Rasa sayang dan cinta itu masih ada tentunya, dan itu tumbuh lebih besar lagi. Apa yang harus saya lakukan? Begitu kacaunya kondisi pada saat itu membuat kami bertiga sempat bertengkar, dan mengeluarkan air mata juga. Masing-masing memiliki rasa cinta yang sama, hanya waktu yang membedakan.
Pikiran saya adalah apakah memilih dia yang tidak menyakiti kamu? Atau memilih dia yang lebih lama mengenal saya? Disaat bersamaan saya takut untuk melewati batas untuk kekasih yang baru saya kenal, tapi tidak untuk dia, saya mau melewati batas itu untuk dia. Atau mungkin jika saya kembali rasa dulu dia akan kembali menyakiti saya lagi? Sementara kekasih ini tidak pernah melakukan kesalahan itu, mungkin karena umur kami belumlah lama. Yang pasti saya tidak tega melakukan ini kepada dia kekasih yang sebelumnya begitu rapuh juga karena ditinggal kekasihnya, sama seperti saya dulu. Dan saya akan menjadi salah satu cowok brengsek yang telah menyakitinya lagi.
Tuhan kembali menunjukkan jalannya. Batas yang tidak berani saya lewati itu, saya meminta ijin kepada kekasih saya. Dan dia entah kenapa, menyatakan untuk berpisah saja. Saya bingung, ada apa ini? Kenapa dia begitu? Akhirnya saya benar-benar harus berpisah. Saya gak mau lagi sesuatu yang seharusnya dipertahankan terus direlakan, walaupun akhirnya dia menyadari kesalahan itu. Saya siap untuk dia, tapi dengan begitu ada sesuatu yang akan dia lepaskan dikemudian hari. Saya gak mau seperti anak kecil yang hanya karena tidak setuju semuanya harus diakhiri. Kami berpisah, dan sedihnya bukan kepalang. Dia menangis dan terus menghubungi saya hingga waktu yang lama. Saya hampir gak tega untuk pergi. Tapi harus.......... yang mungkin akan saya sesali ataupun tidak. Saya tidak tahu. Saya harus membuat keputusan. Dan saya hanya bisa bilang Maaf!
Kami kembali...
Rasa itu berbeda sekali.. pelukannya.. ciumannya.. genggaman tangannya.. rasa cintanya besar sekali dan saya pun begitu. Dia gak seperti biasanya, hilang arah dan terkesan gak merawat dirinya. Seolah-olah gak ada yang memperhatikan dirinya..
Senyumnya tetap. Dia makin tegar. Dia lebih sabar. Sayangnya menggebu-gebu dalam sabar.. Kami melupakan kesalahan-kesalahan bodoh kami. Dan mencoba melangkah lebih jauh. Saya melewati batas dan menikah dengannya.. Bahagianya dia merebut saya lagi.. dia ada disisi saya sekarang dan selamanya. Saya gak mau kehilangan dirinya lagi..
Rasanya sungguh aneh ketika kami kembali, segalanya seperti berbeda. Kami lebih memperhatikan dan tingkat kepercayaan diantara kami semakin tinggi. Ada keraguan pada awalnya, ya.. sesuatu yang jauh lebih berat dan lebih menyiksa. Tapi dia mau untuk menghadapi satu rintangan lagi. Sebuah prinsip yang gak mudah untuk dihilangkan. Karena saya merasa ragu untuk satu hal ini, kami berusaha bersama-sama. Hingga saya harus bertengkar dengan prinsip itu, membuat ujian yang berat untuk hubungan kami. Dia juga sempat terpukul dengan prinsip itu, saya tidak bisa menyalahkan juga. Karena kami terburu-buru karena rasa memiliki yang gak mau hilang, dan memang diinginkan untuk selamanya. Pada akhirnya semua cobaan yang kami alami hanya membuat kami lebih kuat saja. Setelah tanggal itu, semuanya jadi tidak ada artinya lagi.
Hingga ia memberikan yang terbaik dari dirinya, dan saya gak mau jauh dari dirinya. Dia telah menjadi seorang ibu. Ibu yang penyayang, yang memberikan perhatian berlebih untuk anaknya. Dan ia bersedia menjadi kotor, menjadi gemuk, menjadi gak terawat, menjadi menderita, dan repot. Saya tidak salah memilihnya. Dia merelakan semuanya, teman-temannya, karir nya untuk dilepaskan demi menjadi seorang ibu. Ibu yang sangat dicintai oleh saya dan anak saya. Mau untuk hidup dalam kekurangan..
Saya akan terus berusaha untuk lebih baik. Agar bisa memberikan yang terbaik buat mereka. Merasa ada yang menunggu saat pulang, dan ada keceriaan yang tidak bisa terbelikan. Membuat segalanya lebih baik dari hari ke hari.
Saya sangat mencintai mereka sepenuhnya..
Mereka menjadi alasan untuk terus maju dan menjadi orang yang lebih..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar