Sabtu, 18 Oktober 2008

Dia Ga Perlu Tau - Part 05


Udah malem banget ketika kami berdua itu turun dari atap gedung apartemennya si Jopi. Dan kami langsung menuju lantai basement, dan setibanya disana ternyata masih ada beberapa security yang berjaga-jaga. Dengan santai kami berjalan seolah-olah tidak ada apa-apa. Perasaan udah deg-degan banget, takut kalo ketauan nantinya. Ternyata mereka ga curiga kalo kami yang tadi dikejar-kejar.

Besok paginya, si Jopi cerita kalo si Killua itu dulunya adalah anak didiknya dia. Pada saat dia masih dalam masa probation di kantornya, si Jopi yang melakukan training. Hingga dia sekarang punya jabatan dan status yang sudah permanen gitu. Cuma permasalahannya akan terlihat aneh kalo kami menghubunginya dan minta bertemu di tempat tertentu. Jadi kami menunggu di sebuah kantin yang biasanya digunakan untuk makan siang pada jam istirahat kerja. Si Jopi ga akan ikutan pada masa 'interogasi' itu. Biasanya orang ga mau jujur kalo yang ditanyakan adalah dia sendiri. Jadi si Jopi akan berada di dekat kami untuk mendengar percakapan kami. Maksudnya antara gue dengan Killua nantinya.

Ada hal yang cukup mengganggu gue, si Jopi ga berhenti memberikan komentar tentang pakaian yang gue pake. Rasanya seperti mau masuk sekolah aja. Semuanya diperhatikan gitu. Gue menggunakan celana jeans biru yang sudah tua, dengan kemeja bergaris yang didominasi warna merah. Katanya ga cocok banget untuk bertemu dengan orang yang kerja. Padahal ini hanya sebuah pertemuan. Dia juga meributkan jenggot yang sudah tumbuh lebat dijanggut. Rasanya seperti anak kecil saja yang terus dikomentari. Rada bete gue akhirnya sih. Cuma gue tetep nurutin saja. Gue cukur jenggot gue, dan menggunakan setidaknya kemeja yang bergaris biru juga. Setidaknya dia ga komentari lagi. Dan untuk sepatunya juga dikomentari karena menggunakan sepatu basket bukannya sepatu kulit pada umumnya. Menyebalkan sekali.

Kira-kira jam 12.20 si Killua akhirnya nongol, dan seperti katanya Jopi dia selalu makan sendirian. Ketika dia udah di meja makannya, gue datengin dia. Situasi yang rada aneh sebenarnya, dan gue bingung juga musti gimana. Masa bodo deh, gue datengin aja si Killua, sedangkan si Jopi hanya duduk disebelah mejanya. Dan terus memberi isyarat dengan mata dan gerak tubuhnya yang keliatan gregetan ama gue. Abisnya gue lama banget nyamperin dia. Oh well..

"Hai, saya boleh duduk disini?" tanya gue dengan senyum paling bagus yang bisa gue kasih deh.
"Eh.." dia agak bingung dengan kejadian yang tiba-tiba. Apalagi ama orang yang ga dia kenal.
"Maaf. Pastinya mas-nya bingung ama saya. Kenalin saya Leo, saya saudaranya si Jopi. Yang dulu pernah kerja di perusahaan mas-nya." kata gue memperkenalkan diri dan masih dengan senyum yang paling bagus.
"Ohh.. saudaranya Jopi yang mana ya?" Dia nerima jabatan tangan gue. "Saya Killua."
"Iya saya sudah tau nama mas-nya." kata gue.
"Kok bisa tau saya disini? Dan mas-nya kok bisa tau nama saya juga ya?" tanya nya bingung.
"Mmm.. gue..eh saya dikasih tau kok." kata gue bingung, kayaknya muka gue juga jadi acak adul nih, abis bingung mau jawab apaan.

Dan sebelum dia bakalan nanya lebih jauh lagi gue duluin deh, biar bisa fokus ama misi gue ini.
"Saya mau tanya, menurut mas Killua gimana si Jopi? Kesan-kesannya pada saat di training ama si Jopi itu?" tanya gue.
"Mmm.. well. Dia straight banget orangnya ya. Tapi pintar, tau bagaimana me-manage dan memberikan pengetahuan tentang sebuah pekerjaan." Killua terdiam sesaat. "Masnya bisa beri tahu sebenarnya ini untuk apa ya?"
"Ini untuk sebuah profile, profile tentang orang yang sering banget diceritakan di kantornya. Gue kerja disebuah media massa yang khusus membahas tentang profile seseorang. Khususnya di bidang yang sama seperti ini." Gue ngibulnya udah bener ga ya? "Apakah bisa kita lanjutin nih?"
"Pada dasarnya dia orang yang baik, sangat perhatian, berdedikasi. Saya pertamanya begitu canggung untuk bekerja. Karena memang tidak pernah kerja sebelumnya. Dia menunjukkan sesuatu yang berbeda dari dunia pekerjaan yang terkadang keras. Dan itu saya akui emang bener juga. Contohnya ada sebuah kejadian, saya melakukan kesalahan pada pekerjaan yang cukup penting, dan dari pihak client memarahi saya. Dan saya merasa tidak terima dan berakhir dengan pertengkaran dengan client itu karena faktur yang diterima baru hari itu, dan clien sudah menuntut pembayaran hari itu juga. Pada saat saya memberitahukan kepadanya dia tidak membela saya. Tapi justru memarahi saya karena cara saya menanggapi komplen dari client." Cerita Killua dengan panjang lebar.
"Apakah dari hal ini anda merasa kecewa dengan cara trainingnya Jopi? Dan merasa dendam?" Tanya gue lagi.
"Ya. Pada awalnya sih seperti itu, tapi akhirnya saya mengerti bahwa ini adalah perusahaan pelayanan, tidak seharusnya saya marah seperti itu. Dia bilang coba saya di posisi client itu. Bagaimana menurut saya? Dan akhirnya saya memahaminya. Benar saya kecewa pada awalnya, tapi itu merupakan pengalaman yang baik." Jawab Killua.
"Maaf. Masnya belum menjawab dengan jelas. Apakah masnya kecewa pada Jopi? Ataupun dendam?" tanya gue lagi menegaskan.
"Tidak dong. Itu hanya sebuah pekerjaan. Untuk apa saya kecewa dan dendam kepadanya. Karenanya saya mengerti dengan baik sebuah pekerjaan, dan cara meng handle client. Saya kagum kepadanya. Itu intinya." Kata Killua lagi.

Pada dasarnya si Killua tidak menunjukkan tanda-tanda dendam kepada Jopi. Dan memang bukan alasannya untuk menyebabkan hal-hal yang menimpa Jopi. Gue berdiskusi lagi dengan Jopi. Dan dia tidak sadar kalau sudah meninggalkan sesuatu yang baik pada orang lain. Walaupun orang itu tidak menyukai dengan sifat-sifatnya. Tapi menyadari bahwa Jopi tetap dihargai dengan baik.

Akhirnya kami memutuskan untuk menanyakan lagi kepada salah satu orang yang mungkin berpengaruh pada diri Jopi. Atasannya sendiri si Ibu Maya. Namun hal ini cukup sulit. Karena Ibu Maya jarang sekali keluar ruangan. Dia lebih suka makan didalam ruangannya, dan bila sudah pulang akan lebih sulit untuk menemuinya. Karena ia dijemput oleh suaminya. Jadi waktu paling tepat untuk menemuinya adalah pada saat jam kerja.

Gue ga tau, apakah semuanya ini akan menemukan jalan keluarnya untuk hal-hal yang menimpa Jopi. Tapi sudah sepantasnya gue cari tau, karena mungkin ini adalah jalan keluarnya untuk semua permasalahannya Jopi.

Bersambung......

Tidak ada komentar: