Kamis, 20 Desember 2012

Montok Itu Indah #1 : My Name is Tita! Kamu?

Hai lagi nih, ketemu dengan narator yang akan menceritakan cerita unyu-unyu menggugah hati nan menggelegar nafsu makan! :D

Ini cerita yang secara keseluruhan adalah fiktif dan gak ada satupun yang bener adanya, jadi gak usah repot-repot untuk meng-google. Kita mulai dengan ketukan palu pak hakim Kodok! Duk! Duk! Wek! - Yang terakhir suaranya bebek sebelum jadi bebek balado ^_^ -

Kota Jakarta, siapa sih yang gak tau kota Jakarta, ibukota metropolitan yang super-duper deh didalamnya. Melebihi curahan bumbu rujak dan bumbu kacang yang pedes banget. Yup! Jakarta emang mirip ama bumbu-bumbu makanan yang macam-macam, dan sudah terbukti bahwa Indonesia emang yahud banget soal bumbu-bumbu makanan, jadi mari kita cintai produk-produk bumbu INDONESIA!! YEAHHH!!!

Ehehmmmm... Back to topic.



Karena Jakarta sudah telanjur jadi ibukota Indonesia, mau gak mau dia harus menanggung kenyataan bahwa Jakarta akan jadi tempat favorit untuk para pencari rupiah buat nongkrong mendapatkan angka-angka fantastis di slip gaji mereka. Segala jenis makhluk hidup khususnya manusia berlomba-lomba untuk mendapatkan kerjaan dengan nilai bayaran yang luar biasa. Bayangin aja deh berbagai jenis rumah dari yang paling mungil ampe yang guedeee banget ada disini. Dari tanah yang semeternya bisa didapatin gratis ampe yang harus bayar jutaan rupiah semeternya. Terus ditambah kendaraan yang aduhhhh!!! bisa beli rumah 3-5 biji didaerah-daerah. Jadi bisa kebayang-kan gimana sih bayaran orang-orang ini. Mereka bekerja di Jakarta, di perusahaan-perusahaan lokal maupun asing yang tumbuh dengan berbagai polemik dan ceritanya masing-masing. Dan banyak para pekerja dari berbagai daerah mencoba peruntungan mereka ke Jakarta. Sekalinya mereka yang unyu-unyu nan lugu masuk ke belantara metropolitan bernama Jakarta ini, segalanya gak akan sama lagi untuk mereka.

Dan ini terjadi juga dengan Tita Rahinawati, Tita bekerja disebuah perusahaan export import di gedung Menara Thamrin di Jakarta Pusat. Tita baru berumur 24 tahun pada saat dia menginjakkan kakinya di Jakarta. Dia kuliah di Malang disebuah universitas lokal, dan pada saat lulus kuliah dia sempat mencoba mencari pekerjaan dimana aja. Idealisnya pada saat itu dia ingin tetep dekat dengan keluarganya di Malang. Cuma pada saat dia mendapatkan sebuah pekerjaan sebagai Staff Administrasi di sebuah perusahaan kaca, gajinya kecil banget cuma 550.000 sebulan. Dan pada saat dia menerima bayaran pertamanya tetes air mata keharuan membanjiri wajahnya yang culun itu. Gimana gak sampe kayak gitu, karena itu adalah hasil jerih payahnya selama 20 hari kerja (hari sabtu dan minggu libur). Yang selama ini dia cuma bisa meronta dengan sujud penuh iba kepada kedua orang tuanya demi mendapatkan beberapa lembar rupiah agar mampu dan sanggup membeli apapun yang lembaran itu bisa hasilkan -- buset! ribet banget ngomongnya, maksudnya BELANJA! --. Dan pada saat ia melihat di mesin ATM dengan angka Rp. 550.000, ia jadi terharu dan bengong selama 30 menit. Pembaca bisa bayangin gak seberapa sewotnya yang antri ngeliat si Tita bengong ngeliatin layar ATM.

"WOI!!!!! ATM nya bukan cowok cakep yang diliatin mulu bisa nyium kamu tau! Buruan dong pake ATM nya!!! Cewek geblek!!" teriak bapak-bapak yang merupakan pengantri paling depan.

"UDAH! Bawa pulang aja ATMnya kalau perlu tuh! BURUANNNNNNNNNN!!!!!!! Pegel nih!!!" teriak ibu-ibu yang lagi nge-gendong anak cowoknya yang gemuk yang masih 4 tahun. Anaknya cuek aja jilatin es krim nya.


Dan gak perlu diceritain kan 20 orang dibelakang yang juga sewot nungguin si Tita ngambil uang. Ada yang ampe berlumut loh... -- hehehe maaf saya lagi ngaco :p --

Anyway, bulan pertama dia mendapatkan gaji pertamanya memiliki kesan yang cukup berarti, dan itu hanya bertahan selama kurang dari 1 hari saja! Kenapa? Karena nafsu belanja melampaui batas uang yang dimilikinya. Bayangin nih, gaji hanya Rp. 550.000 terus dana mengendap untuk di rekening tabungan Rp. 50.000 jadi sisa Rp. 500.000. Semuanya itu dipake buat beli baju baru, kaos baru, bra dan CD baru, tas baru, ngisi pulsa handphone yang dah menjerit sekarat. Dan semuanya itu ia beli tanpa ada discount satupun, bahkan untuk discount 5% aja gak ada ataupun beli 1 gratis 10 juga gak ada. Alhasil setelah dihitung-hitung, Tita hanya mengantungi Rp. 100.000! Dipotong ama parkir dan makan baso tinggal Rp. 75.000! Shock banget, Tita berusaha untuk pingsan di kasurnya yang imut! Gak percaya dengan penghasilannya yang ternyata dibawah garis kelayakan banget.

Jadi ketika ada sebuah kesempatan untuk bekerja di Jakarta atas saran dari temannya yang dulunya satu SMA namanya Cica, Tita yang bimbang galau dan bingung tak menentu memaksakan diri untuk mengambil kesempatan tersebut. Dengan modal Rp. 2.500.000 dan tangis air mata orang tuanya termasuk air mata Tita juga, berangkat deh Tita ke Jakarta yang penuh dengan keramaian. Jauh banget dengan Malang yang tentram. Tapi dia juga sempat kuatir apalagi orangtua yang sudah sport jantung nungguin kabar 3 kali sehari -- kayak minum obat aja -- karena ada kemungkinan dia gak diterima di perusahaan PT. Rasadika Kukirimkau. Promosi dari Cica kalau disitu itu asik banget, gajinya diatas Rp. 1.500.000 dapat tunjangan ini itu. Peluang untuk berkarir dan memiliki duit banyak itu besar banget.

Nah pas dia sudah nyampe di Jakarta, shock banget. Soalnya maklum aja dia belum pernah ke luar kota paling jauh ke Surabaya yang berjarak 2 jam perjalanan sebelum lumpur Lapindo ada. Macet, berisik, apalagi pas dibandara Soekarno Hatta, calo-calo pada kerubutin kayak semut yang ngeroyok gula aja. Perjalanan yang memakan waktu lebih lama karena macet, dan sering banget harus masuk tol sementara kalo di Malang lewat gang sempit aja dah nyampe.

Jadi awal kesannya si Tita di Jakarta itu jauh dari bayangannya selama ini yang ditayangkan di televisi-televisi lokal.

"PULANGKAN AKU!!!!!!!!!" Teriak Tita yang membuat sopir taksi dan Cica ampe loncat dari kursinya saking kagetnya.

Yup, keliatan banget katrok bin ajaibnya.

So, walaupun kesan awalnya gak begitu menyenangkan pada saat di Jakarta. Tita diterima kerja di PT. Rasadika Kukirimkau, dengan gaji yang sebenarnya gak sesuai harapannya juga sih. Bayangin saja masa ada staff yang digaji 10 juta untuk seorang fresh graduate? Khayalan tingkat tingginya si Tita membuatnya kebanting gak karu-karuan jadinya.

Jadi dimulailah Tita seorang anak cewek yang masih single dengan berat 45kg pada saat itu dengan tinggi 163 cm hidup di kota metropolitan Jakarta. Dan seperti umumnya para pekerja yang mulai dipaksa untuk rajin makan siang sesuai jam tayangnya dari jam 12 siang sampe jam 1 siang. Terus kondisi yang kecape'an abis kerja langsung menuju kamar kost dan tepar dengan sukses. Walaupun baju kerja masih dipake dan juga donut masih nempel ditubuhnya.

Tita bener-bener menikmati hidupnya sebagai wanita karir, dan orang tuanya turut bangga dengan apa yang sudah dicapai si Tita. Saking senengnya sampe Tita yang dikenal sebagai cewek yang kurus ceking menjadi montok dengan berat 58 kg untuk tinggi segitu. Yang dulunya branya masih ukuran 32 sekarang sudah menggunakan ukuran 34 size D. Maka dari itu banyak cowok-cowok sekantor atopun diluar kantor jadi biasa aja sama si Tita. Dari kurus ke montok yang makin gak diperhatikan, kecuali lingkar pinggangnya yang melebar. Dan kesemuanya ia salahkan pada makanan-makanan enak yang dijual di mall-mall, jajanan yang gak kunjung ada abisnya dikantornya, OB yang dengan senang hati membelikan sarapan dari bubur ayam, mie ayam, siomay, sate, mie instans, gorengan, tupat sayur, bihun goreng, nasi uduk pokoknya banyak deh dan juga yang terpenting adalah setan males yang selalu dan setia banget menemaninya untuk gak membuat komitmen untuk ber-olahraga.

Walaupun Tita berusaha keras untuk mengecilkan bentuk tubuhnya kembali ke bentuk idealnya, tetap saja belum juga menuai hasil yang memuaskan. Dan berharap banget pas bangun pagi-pagi dia sudah mendapatkan perutnya jadi sikpek! -- dijamin raja kodok keselek beton deh kalo ampe kejadian --

2 tahun sudah berlalu, dan setiap tahunnya prestasi si Tita cukup memuaskan para manajemen, sehingga ia menjadi salah satu karyawati yang berbakat dan diperhatikan diperusahaannya. Dan ia mendapatkan kenaikan jabatan, dari Staff Procurement ke bagian Supervisor. Dan tentu saja gajinya juga meningkat, begitu juga ukuran perutnya hehehehe.

Karena itu posisinya sebelumnya jadi kosong, dan pihak HR Department sudah mulai mencari kandidat baru untuk menggantikannya.

Akhirnya setelah pencarian selama berjam-jam dan proses yang berkepanjangan, dengan pantang menyerah Pak Dody bagian HRD berhasil menemukan sosok yang paling pas untuk menggantikan Tita. Dan hari itu pun datang.

Tanggal 1 Mei 2010 jam 8.30 pagi, seorang cowok tegap dengan tinggi 177 cm dan berat yang ideal lah. Rambutnya dibikin berdiri model spike yang dikasi hair gel supaya berdiri kayak bulu landak. Setelan pake kemeja putih dengan garis-garis hitam campur biru yang masih baru banget, terus menggunakan celana biru kain yang kayaknya sudah lama umurnya. Jadi dari jauh aja orang-orang juga bisa tahu kalo orang ini baru saja beli kemeja yang dipakainya, dan celananya itu dari jaman kuliah. Kebiasaan cowok yang gak mau ribet nyari baju. Terus sepatunya model vantofel yang biasanya dipake pekerja pabrik, kadang juga dipake buat pengeboran minyak warna coklat dengan sol yang tebel banget.  Walaupun menurut Tita penampilannya itu rada kacau, ada satu bentuk yang membuatnya menarik. Senyumnya!

"Halo Tita, kenalin ini anak baru yang gantiin kamu di sini." Sapa Pak Dody ngenalin anak baru.

"Halo juga Pak Dody" sapa Tita yang langsung mengalihkan perhatian ke anak baru tersebut sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan "Hai nama gue.. eh nama saya Tita!"

"Nama saya Radin..."

Tidak ada komentar: