Blog ini untuk iseng-iseng aja. Biar bisa menampilkan ide-ide yang tersembunyi di banyak benak.
Sabtu, 27 Agustus 2011
AKU DAN TASKU
Kebetulan saat ini lagi gak melakukan apapun, jadinya terlintas ide tentang menulis perjalanan-perjalanan yang sempat saya lakukan selama ini. Walaupun gak semuanya luar biasa, tapi lumayanlah mengisi pengalaman yang banyak mempengaruhi pemikiran dan pola hidup selama ini. Kalau dibilang sering travelling lumayan banyak sih, tapi kalau udah ngumpul ama temen-temen kayaknya teman-teman lebih banyak melakukan perjalanan yang luar biasa. Khususnya ke Luar negeri yang sampai sekarang saya belum pernah melakukannya. Lagian passport juga belum dibuat hahahahah...
Nah yang kali ini pengen pertama kali saya ceritakan itu perjalanan dari Dili Timor Timur ke Malang. Itu terjadi pada tahun 1994, saya inget sekali perjalanan itu karena dilakukan pada saat saya mau pindah sekolah dari Sekolah Menengah Pertama di SMPK Paulus VI Dili ke Sekolah Menengah Umum di SMU-K Frateran. Dan merupakan awal dari model pendidikan baru dari kementerian pendidikan pada saat itu. Seinget saya sebelum saya masuk SMU, di SMU pembagian jurusan itu sudah dimulai dari kelas 2 SMU. Dan sekarang dengan model pendidikan baru, kami baru bisa masuk jurusan itu pada kelas 3 nantinya.
Ini yang paling sering ditanyakan pada saat saya pindah ke Malang. Kenapa pindah ke Malang? Well karena di Dili saya ngerasain perkembangan yang slow motion banget. Yup kayak pelem yang digerak lambatkan gitu lah. Jadi pada saat itu pendidikan di Dili agak terlambat sebenarnya. Kalaupun ingin maju gak bisa diam saja di situ. Pada akhirnya pasti akan begitu-begitu saja. Dan orang tua menginginkan saya untuk menjadi orang yang cukup berhasil kelak. Dan saya pun sangat bersemangat untuk pindah ke Malang. Karena terus terang Malang begitu nyaman untuk dijadikan tempat untuk berkembang, mencari pengalaman dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya.
Tapi saya juga cukup grogi dan ragu-ragu pada saat ingin ke Malang. Banyak hal yang bikin ragu-ragu, bisa apa gak nya untuk mengikuti pendidikan disana. Karena pada saat di Dili, prestasi pendidikan cukup baik juga lah, tapi belum tentu di Malang itu yang membuat saya berpikir juga. Belum lagi pada saat itu faktor finansial nya Babe juga gak terlalu bagus. Saya cukup mengerti tentang hal ini. Karena pada saat itu ekonomi keluarga gak terlalu bagus. Karena Babe belum tahu pasti soal pekerjaan yang paling cocok untuk dirinya, agar bisa mencukupi kehidupan keluarga. Karena pada saat itu Nyak juga ikutan bekerja, walaupun hanya sekedar menjahit pakaian kebaya orang Timor Timur. Dan kayaknya masih ragu-ragu untuk bisa mencukupi kami (saya dan kakak saya) nanti di Malang. Tapi yang penting saya keluar dulu dari Dili. Karena juga sempat terjadi perang yang menewaskan banyak teman-teman di SMP dulu, karena mereka ikutan jadi pemberontak (istilah yang digunakan oleh pemerintah pada saat itu :p ). Dan sering banget sekolah diliburkan karena kondisinya pihak pemberontak mulai turun gunung dan sedang menuju kota Dili. Hal ini cukup membuat kami sekeluarga khawatir juga. Jadinya saya tetap harus berangkat juga ke Malang. Pernah takut nantinya gak bakalan bisa pindah ke Malang. Karena mendengar kakak saya yang sudah kesusahan menunggu kiriman dari Babe datang. Biar gimanapun hal ini cukup membuat saya khawatir juga.
Saya gak inget pastinya hari apa, tanggal berapa saya berangkatnya dari Dili. Yang saya ingat saya membawa sebuah tas besar yang berisi pakaian-pakaian saya dengan dokumen yang harus dibawa untuk masuk sekolah baru. Babe yang menyuruh untuk membawa tas besar karena kemungkinan di sana kost-kostannya gak ada lemari. Dan juga sebuah mountain bike yang biasa saya pakai untuk jalan-jalan di sekitar Dili dan ke sekolah turut saya bawa ke Malang. Yang saya gunakan pada saat itu adalah pesawat Hercules yang berisik. Dan kondisi pesawat penuh dengan barang-barangnya penumpang lain dan ada juga sebuah mobil yang turut dimasukkan ke dalam pesawat. Saya duduk di ekor pesawat yang panas bersama dengan penumpang lainnya dan tentu saja barang-barang penumpang lainnya. Berulang kali Babe melihat saya yang duduk menunggu pesawat tiba di Surabaya dengan senyuman. Dia duduk dekat dengan pintu samping pesawat, karena badan saya yang masih kecil saat itu saya bisa duduk dimana saja. Jadinya saya duduk di deket ekor pesawat. Tidak ada yang ajak berbicara pada saat itu, lagian saya juga diam saja selama perjalanan. Setelah perjalanan yang entah berapa lama, yang saya rasa lama sekali. Akhirnya saya sampai juga di Surabaya. Lalu ada teman Babe yang jemput kami dengan menggunakan mobil. Lalu kami diantarkan menuju Malang.
Dan ini saya berjanji untuk berbuat sebaik mungkin selama saya dalam perjalanan ke Malang. Karena memang ingin berubah. Agak konyol saya ceritakan juga ya.. Pada saat itu saya sempat terlibat cinta monyet dengan seorang cewek pada saat itu. Dia orangnya biasa banget, cantik dan seksi juga padahal masih sekolah SMP. Karena kami sudah sering bersama, kadang jalan pulang bareng. Dan anaknya cenderung bawel dan galak banget. Karena teman-teman juga banyak yang mencari pacar pada saat itu, dan keliatan nge trend banget jadinya saya juga coba-coba untuk berpacaran. Yang alhasil terlihat bodoh sekali :p karena pada saat itu saya gak berani melihat dirinya pada saat memintanya untuk menjadi pacar saya. Kalau saya inget itu betapa memalukannya peristiwa itu. Si cewek tidak berani saya lihat, dan saya memintanya pada saat dia lagi mau menelan es lilin. Tentu saja shock banget sampai matanya melotot dan mulutnya ikutan mangap saking bingungnya saya memintanya menjadi pacar saya pada saat itu. Tetep es lilinnya tidak dilepaskan oleh dirinya hahahahha
Saya harus berpisah dengan dirinya karena saya harus ke Malang. Dan juga saya sempat memberitahukan kepadanya bahwa dia cinta pertama saya ( sekarang saya merasa malu sekali nulis seperti ini :p ). Dan selama kami "pacaran" jarang sekali kami bersama. Karena pada saat itu saya terlalu malu untuk bisa berdekatan dengan dirinya. Sampai akhirnya kami harus putus karena emang gak ada yang mau mengalah untuk saling berdekatan. Kami berdua terlalu malu untuk berdekatan, yup ini konyol banget deh.
Nah karena saya berpikir untuk berubah itulah, maka saya berjanji selama perjalanan ke Malang. Karena tidak mau nantinya saat harus berkenalan dengan cewek, saya hanya berani melihat kaos kaki ataupun sepatunya saja hahahahahahah...
Well itu hal konyolnya dah.. sekarang mending saya ceritakan kelanjutan perjalanan saya ini. Jadi pada saat saya sampai di kost-kostan yang saya pikir nantinya bakalan menyenangkan sekali. Ternyata adalah sebuah rumah yang diisi oleh sebuah keluarga yang anak-anaknya cukup berhasil. Dan boleh dibilang cukup berada orangnya. Kamar yang saya gunakan itu memiliki 2 ranjang, ranjangnya bertingkat. Dengan sebuah lemari dan sebuah meja belajar, jadilah ruangan yang sempit di kamar tersebut. Jadi di kost tersebut saya harus membayar 150.000 rupiah, sudah termasuk kamar, cuci baju dan makan 3 kali sehari.
Yang saya pikir menyenangkan malah jadi gak menyenangkan sekali. Karena kondisi kamar yang saya pikir akan tinggal dikamar sendirian, malah sama kakak saya dengan kamar yang sempit juga. Ternyata kami juga bertetangga dengan mahasiswa dari Universitas Brawijaya, cewek-cewek ada 2 orang yang kurang lebih kamarnya sama dengan kami. Kudunya kami gak ada masalah soal tempat tinggal. Tapi karena kurang bagusnya kiriman dari Babe, jadinya kami sering sekali di sindir sama ibu kost soal pembayaran tiap bulannya yang telat. Saya harus menggunakan sepeda kayuh saya tiap hari untuk bisa sampai di sekolah. Karena kalau menggunakan angkot akan makan biaya. Sedangkan menggunakan sepeda tinggal jalan saja, sampai sepedanya tidak terurus sama sekali. Maksudnya hanya asal pakai tapi tidak dilakukan perawatan sama sekali :p.
Terkadang juga saya tidak menyimpan uang bahkan 1 rupiah pun kalau sudah tanggal-tanggal tua. Jadinya datang ke sekolah, pulang ke kost lalu tidur. Hari-hari yang membosankan. Belum lagi kalau ibu kost sudah mulai nyindir-nyindir lagi. Malesnya minta ampun. Mereka cukup terpandang di lingkungan tersebut. Karena bapak kostnya adalah seorang ketua lingkungan gereja Katholik pada saat itu. Jadinya banyak orang yang kesitu. Dan terus terang bapak kost orangnya ramah sekali, dan suka bercanda. Joke-jokenya bisa membuat saya tertawa terbahak-bahak. Kalau tiap pengambilan raport, biasanya bapak kost yang datang ke sekolah untuk mengambilkan. Dan akan diterima oleh ibu kost kami, dan saya akan disidang karena nilai-nilai yang anjlok banget. Ini menyebalkan juga, ngapain juga saya harus disidang sementara dia adalah ibu kost. Pernah juga menjelang kenaikan kelas, saya menggunakan uang sekolah lalu ada orang yang nge kost juga disitu yang mengambilkan. Dia datang kepada saya sambil marah-marah karena dia telah menunggu selama berjam-jam tapi ternyata tidak bisa mengambil raport karena saya belum bayar SPP hahahahahah.
Saya paling sebel kalau disuruh untuk les pada saat itu. Karena sudah bertahun-tahun les dengan pelajaran yang sebenarnya gak masuk sama sekali. Bisa dibilang percuma saja. Dan kali ini saya denga kejenuhan tingkat tinggi ( ciyeee hahahahah ) memberontak dan tidak pergi les menjelang akhir kenaikan kelas. Dan hasilnya? Boleh dibilang cukup membanggakan deh. Karena nilainya lebih baik daripada saat saya pertama kali menerima raport hehehehe :D
Dan saya harus berada disitu selama 1 tahun masa ajaran 1994 - 1995. Pada tahun 1995 saya pindah dengan sekeluarga di sebuah rumah kontrakan. Karena memang kondisi kota Dili makin tidak aman untuk keluarga. Hanya Babe yang tetap di Dili, dan membangun usahanya. Hasilnya cukup baik lah, ternyata perlahan-lahan ekonomi keluarga bisa dengan baik terjaga. Walaupun pada saat kami di kost-kostan harus merasa kurang serba kurang, tapi akhirnya bisa terlewati juga. Dan sempat juga saya kembali ke Dili menggunakan kapal Dobonsolo. Dan bertemu dengan teman-teman semasa SMP itu.
Ketika akhirnya saya pindah dari kost tersebut, perasaannya lega sekali. Karena tidak perlu menerima omongan-omongan yang kurang menyenangkan dari ibu kost. Walaupun ada handuk kami yang tertinggal, tapi masa bodoh deh.. yang penting saya sudah bebas dari kost-kostan itu. Dan tinggal bersama Nyak dengan saudara-saudara lainnya di rumah kontrakan.
Yang malah jadi kebiasaan deh. Karena setelah itu kami sering berpindah dari rumah kontrakan yang satu ke rumah kontrakan lainnya. Ada 5 kali kami harus pindah-pindah, hingga akhirnya Babe membeli RUKO. Dan saat itu kami semuanya berhenti untuk berpindah-pindah :D
Tapi tidak untuk saya, karena saya masih harus berpindah-pindah hingga pindah ke Jakarta :(
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar